Peradaban Mesir Kuno



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Letak geografis Mesir di Afrika Utara, walaupun Semenanjung Sinai adalah dalam Asia Barat daya. Negara ini mempunyai pesisir pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut Merah; berbatasan dengan Libya bagian barat, Sudan dibagian selatan, Semenanjung GazaPalestin danIsrael bagian timur. Mesir Kuno terbagi atas dua kerajaan, yang dikenal sebagai Mesir Hulu dan Mesir Hilir.Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu (Upper Egypt) terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan sungai Nil. Sungai Nil mengalir ke utara dari titik selatan ke Mediterranean. Sungai Nil, yang merupakan tumpuan penduduk negara tersebut telah menjadi sumber kehidupan bagi kebudayaan Mesir sejak kebudayaan Naqada dan Zaman Batu.
Kedua kerajaan membentuk Kemet ("tanah hitam"), Gurun dikenal sebagai Deshret ("tanah merah"), menurut Herodotus: "Mesir merupakan negara tanah hitam. Kita ketahui bahawa Libya mempunyai tanah lebih merah." (Histories, 2:12). Tetapi Herodotus turut menyatakan "Colchians adalah penduduk Mesir. Berdasarkan fakta bahwa mereka berkulit hitam dan mempunyai rambut keriting (wooly hair)." (Histories Book 2:104), dan Champollion yang lebih muda (yang mendikripsi Batu Rosetta) dalam Expressions et Termes Particuliers (Expression of Particular Terms) mendakwa baawa Kemet sebenarnya tidak merujuk kepada tanah, tetapi kepada penduduk negro dalam ertikata "Negara Hitam - (Black Nation)".

B.   Rumusan Masalah
1.  Bagaimana asal-usul peradaban mesir kuno?
2.  Bagaimana letak geografis Mesir Kuno?
3.  Bagaimana pembagian kerajaan Mesir Tua, Tengah, dan Baru ?
4.  Bagaimana sistem kepercayaan Mesir Kuno ?

C.   Tujuan
1.  Mengetahui asal-usul peradaban mesir kuno
2.  Mengetahui letak geografis Mesir Kuno
3.  Mengetahui pembagian kerajaan Mesir Tua, Tengah, dan Baru
4.  Mengetahui sistem kepercayaan Mesir Kuno


BAB II
PEMBAHASAN


Sungai Nil adalah sungai terpanjang di dunia yaitu mencapai 6400 kilometer.Sungai Nil bersumber dari mata air di dataran tinggi (pegunungan) Kilimanjaro di Afrika Timur.Sungai Nil mengalir dari arah selatan ke utara bermuara ke Laut Tengah. Ada empat negara yang dilewati sungai Nil yaitu Uganda, Sudan, Ethiopia dan Mesir
Setiap tahun sungai Nil selalu banjir.Luapan banjir itu menggenangi daerah di kiri kanan sungai, sehingga menjadi lembah yang subur selebar antara 15 sampai 50 kilometer.Di sekeliling lembah sungai adalah gurun.Batas timur adalah gurun Arabia di tepi Laut Merah.Batas selatan terdapat gurun Nubia di Sudan, batas barat adalah gurun Libia.Kemudian batas utara Mesir adalah Laut Tengah.
Menurut mitos, air sungai yang mengalir terus tersebut adalah air mata Dewi Isis yang selalu sibuk menangis dan menyusuri sungai Nil untuk mencari jenazah puteranya yang gugur dalam pertempuran. Namun secara ilmiah, air tersebut berasal dari gletsyer yang mencair dari pegunungan Kilimanjaro sebagai hulu sungai Nil.Peranan sungai Nil begitu penting bagi lahirnya kehidupan masyarakat di lembah sungai tersebut. Maka tepatlah jika Herodotus menyebutkan “Mesir adalah hadiah sungai Nil (Egypt is the gift of the Nile)".
Lembah sungai Nil yang subur mendorong masyarakat untuk bertani. Air sungai Nil dimanfaatkan untuk irigasi dengan membangun saluran air, terusan-terusan dan waduk. Air sungai dialirkan ke ladang-ladang milik penduduk dengan distribusi yang merata. Untuk keperluan irigasi dibuatlah organisasi pengairan yang biasanya diketuai oleh para tuan tanah atau golongan feodal. Hasil pertanian Mesir adalah gandum, sekoi atau jamawut dan jelai yaitu padi-padian yang biji atau buahnya keras seperti jagung. Untuk memenuhi kebutuhan barang-barang serta untuk menjual hasil produksi rakyat Mesir, maka dijalinlah hubungan dagang dengan Funisia, Mesopotamia dan Yunani di kawasan Laut Tengah.Peranan sungai Nil adalah sebagai sarana transportasi perdagangan.Banyak perahu-perahu dagang yang melintasi sungai Nil.
Setelah tahun 1980-an, ketika Egyptology mulai diakui sebagai sains daripada sekadar perburuan harta karun, saat itulah para penyelidik awal menemukan bukti yang mendahului piramida. Penggalian oleh Flinders Petrie mengungkap kebudayaan yang jauh lebih tua yang mendahului Dinasti ke-1 yang diketahui dalam catatan sejarah, dan mulanya material ini tidak begitu familiar sehingga Petrie mengiranya telah ditinggalkan oleh sebuah “Ras Baru” penduduk Lembah Nil.Namun, meski secara budaya berbeda dari bangsa Mesir di zaman Dinasti, setelah studi lebih jauh, dia menetapkan bahwa dirinya telah menemukan puing-puing dari periode prasejarah. Dia, dan yang lain, terutama terpesona oleh perbedaan jelas antara kebudayaan Pradinasti baru ini dengan material yang jauh lebih dikenal dari Kerajaan Lama dan periode kemudian.
Para egyptologist awal abad 20 menyimpulkan bahwa peradaban Mesir kuno klasik telah dibawa menuju Lembah Nil oleh sebuah “ras dinastik” penyerbu. Mereka yakin bahwa para penyerbu itu superior secara budaya dan politik dari “Penduduk Mesir Prasejarah” asli, dan bahwa mereka dengan cepat menetapkan diri sebagai penguasa negeri itu.Pada awal abad 20, ilmu metrologi tengkorak, yaitu menggunakan pengukuran tengkorak untuk menentukan karakteristik rasial, sudah lumrah.Ini juga digunakan untuk memperkuat teori “ras superior” di Mesir tersebut.
Bangsa penyerbu superior ini dipercaya berasal dari sebuah daratan di sebelah timur Mesir, mencerminkan pandangan yang tersebar luas bahwa Timur adalah sumber pokok kebudayaan awal. Seni kerajaan Mesir pada masa Dinasti ke-1 dianggap mirip dengan yang ditemukan di Mesopotamia, dan banyak orang percaya bahwa raja-raja awal Mesir berasal dari wilayah Irak modern. Pada 1930-an, teori ini diberi kepercayaan lebih jauh oleh Hans Winkler, seorang Jerman yang menjadi sangat dikenal dalam egyptology berkat eksplorasinya di Eastern Desert. Di sana dia menemukan banyak seni batu kuno di antara Lembah Nil dan Laut Merah. Yang signifikan adalah sejumlah citra perahu yang mencolok, dan juga sangat mirip dengan kapal air yang ditemukan dalam seni Mesopotamia.Namun, di awal abad 20, kronologi dunia kuno masih sangat kurang diketahui, dan pada saat itu Winkler juga tidak mengetahui bahwa perahu-perahu Mesir ini mendahului rekan Mesopotamia mereka selama berabad-abad.Oleh sebab itu, dia menyatakan bahwa Mesopotamia diserbu oleh Mesir melalui Laut Merah, meninggalkan bekas perjalanan mereka di bebatuan sewaktu mereka melintas menuju Sungai Nil.

B .   Pembagian Kerajaan Mesir Tua, Tengah, dan Mesir Baru
1.      Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM)
          Lahirnya kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Sebagai pemersatu ia digelari Nesutbiti dan digambarkan memakai mahkota kembar. Kerajaan Mesir Tua disebut jaman piramida karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida terkenal misalnya piramida Sakarah dari Firaun Joser. Piramida di Gheza adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
          Runtuhnya Mesir Tua disebabkan karena sejak tahun 2500 SM pemerintahan mengalami kekacauan.Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir.Para bangsawan banyak yang melepaskan diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri.Akhirnya terjadilah perpecahan antara Mesir Hilir dan Mesir Hulu.

2.      Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM)
          Kerajaan Mesir Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III.Ia berhasil memulihkan persatuan dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain membuka tanah pertanian, membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syria dan pulau Kreta. Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini Ethiopia).Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan oleh bangsa Hyksos.

3.      Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM)
          Sesudah diduduki bangsa Hyksos, Mesir memasuki jaman kerajaan baru atau jaman imperium.Disebut jaman imperium karena para Firaun Mesir berhasil merebut wilayah/daerah di Asia barat termasuk Palestina, Funisia dan Syria. Raja-raja yang memerintah jaman Mesir Baru antara lain:
Ahmosis I
Ia berhasil mengusir bangsa Hyksos dari Mesir sehingga berkuasalah dinasti ke 18, ke 19 dan ke 20.

Thutmosis I
      Pada masa pemerintahannya Mesir berhasil menguasai Mesopotamia yang subur.
Thutmosis III
Merupakan raja terbesar di Mesir.Ia memerintah bersama istrinya Hatshepsut. Batas wilayah kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut ia digelari “Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal karena memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan Luxor.
Amen Hotep IV
Kaisar ini dikenal seorang raja yang pertama kali memperkenalkan kepercayaan yang bersifat monotheis kepada rakyat Mesir kuno yaitu hanya menyembah dewa Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk.Ia juga menyatakan sebagai manusia biasa dan bukan dewa.

Ramses II
Ramses II dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum dan Kuil serta makamnya di Abusimbel.Ia juga pernah memerintahkan penggalian sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah namun belum berhasil. Masa Ramses II diperkirakan sejaman dengan kehidupan nabi Musa.
Setelah pemerintahan Ramses II kekuasaan di Mesir mengalami kemunduran.Mesir ditaklukkan Assyria pada tahun 670 SM dan pada tahun 525 SM Mesir menjadi bagian imperium Persia.Setelah Persia, Mesir dikuasai oleh Iskandar Zulkarnaen dan para penggantinya dari Yunani dengan dinasti terakhir Ptolemeus (masih diragukan keabsahannya - Amna).Salah satu keturunan dinasti Ptolemeus adalah Ratu Cleopatra dan sejak tahun 27 SM Mesir menjadi wilayah Romawi.

C.  Sistem Kepercayaan Bangsa Mesir Kuno
Masyarakat Mesir mengenal pemujaan terhadap dewa-dewa. Ada dewa yang bersifat nasional yaitu Ra (Dewa Matahari), Amon (Dewa Bulan) kemudian menjadi Amon Ra. Sebagai lambang pemujaan kepada Ra didirikan obelisk yaitu tiang batu yang ujungnya runcing. Obelisk juga dipakai sebagai tempat mencatat kejadian-kejadian.Untuk pemujaan terhadap dewa Amon Ra dibangunlah Kuil Karnak yang sangat indah pada masa Raja Thutmosis III.
Selain dewa nasional maka ada dewa-dewa lokal yang dipuja pada daerah-daerah tertentu seperti Dewa Osiris yaitu hakim alam baka, Dewi Isis yaitu dewi kecantikan isteri Osiris, Dewa Aris sebagai dewa kesuburan dan dewa Anubis yaitu dewa kematian. Wujud kepercayaan yang berkembang di Mesir berdasarkan pemahaman sebagai berikut: Penyembahan terhadap dewa berangkat dari ide/gagasan bahwa manusia tidak berdaya dalam menaklukkan alam. Yang disembah adalah dewa/dewi yang menakutkan seperti dewa Anubis atau yang memberi sumber kehidupan. Jadi dengan taat menyembah pada dewa masyarakat lembah sungai Nil mengharap jangan menjadi sasaran maut.
Kepercayaan yang kedua berkaitan dengan pengawetan jenazah yang disebut mummi.Dasarnya membuat mummi adalah bahwa manusia tidak dapat menghindari dari kehendak dewa maut.Manusia ingin tetap hidup abadi.Agar roh tetap hidup maka jasad sebagai lambang roh harus tetap utuh.



D.    Fakta Sosial Mesir Kuno
Masyarakat Mesir Kuno ketika itu sangat terstratifikasi dan status sosial yang dimiliki seseorang ditampilkan secara terang-terangan. Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani, namun demikian hasil pertanian dimiliki dan dikelolah oleh negara, kuil, atau keluarga ningrat yang memiliki tanah. Petani juga dikenai pajak tenaga kerja dan dipaksa bekerja membuat irigasi atau proyek konstruksi menggunakan sistem corvée. Seniman dan pengrajin memunyai status yang lebih tinggi dari petani, namun mereka juga berada di bawah kendali negara, bekerja di toko-toko yang terletak di kuil dan dibayar langsung dari kas negara. Juru tulis dan pejabat menempati strata tertinggi di Mesir Kuno, dan biasa disebut "kelas kilt putih" karena menggunakan linen berwarna putih yang menandai status mereka. Perbudakan telah dikenal, namun bagaimana bentuknya belum jelas diketahui.
Mesir Kuno memandang pria dan wanita, dari kelas sosial apa pun kecuali budak, sama di mata hukum. Baik pria maupun wanita memiliki hak untuk memiliki dan menjual properti, membuat kontrak, menikah dan bercerai, serta melindungi diri mereka dari perceraian dengan menyetujui kontrak pernikahan, yang dapat menjatuhkan denda pada pasangannya bila terjadi perceraian. Dibandingkan bangsa lainnya di Yunani, Roma, dan bahkan tempat-tempat lainnya di dunia, wanita di Mesir Kuno memiliki kesempatan memilih dan meraih sukses yang lebih luas. Wanita seperti Hatshepsut dan Celopatra bahkan bisa menjadi firaun. Namun demikian, wanita di Mesir Kuno tidak dapat mengambil alih urusan administrasi dan jarang yang memiliki pendidikan dari rata-rata pria ketika itu.

E.   Hasil Budaya Mesir Kuno
1.      Tulisan
Masyarakat Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut Hieroglyph berbentuk gambar.Tulisan Hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus.Huruf Hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan benda-benda.Setiap lambang memiliki makna.Tulisan Hieroglyph berkembang menjadi lebih sederhana kemudian dikenal dengan tulisan hieratik dan demotis.Tulisan hieratik atau tulisan suci dipergunakan oleh para pendeta.Demotis adalah tulisan rakyat yang dipergunakan untuk urusan keduniawian misalnya jual beli.
Huruf-huruf Mesir itu semula menimbulkan teka-teki karena tidak diketahui maknanya.Secara kebetulan pada waktu Napoleon menyerbu Mesir pada tahun 1799 salah satu anggota pasukannya menemukan sebuah batu besar berwarna hitam di daerah Rosetta. Batu itu kemudian dikenal dengan batu Rosetta memuat inskripsi dalam tiga bahasa.Pada tahun 1822 J.F. Champollion telah menemukan arti dari isi tulisan batu Rosetta dengan membandingkan tiga bentuk tulisan yang digunakan yaitu Hieroglyph, Demotik dan Yunani. Dengan terbacanya isi batu Rosetta terbukalah tabir mengenai pengetahuan Mesir kuno (Egyptologi) yang Anda kenal sampai sekarang.Selain di batu, tulisan Hieroglyph juga ditemukan di kertas yang terbuat dari batang Papyrus.Dokumen Papirus sudah digunakan sejak dinasti yang pertama. Cara membuat kertas dari gelagah papirus adalah dengan memotongnya.Kemudian kulitnya dikupas dan intinya diiris/disayat tipis-tipis.

2.      Sistem Kalender
Masyarakat Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus (peredaran) bulan selama 291/2 hari.Karena dianggap kurang tetap kemudian mereka menetapkan kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari. Mereka juga mengenal tahun kabisat. Penghitungan ini sama dengan kalender yang kita gunakan sekarang yang disebut Tahun Syamsiah (sistem Solar).
Penghitungan kalender Mesir dengan sistem Solar kemudian diadopsi (diambil alih) oleh bangsa Romawi menjadi kalender Romawi dengan sistem Gregorian. Sedangkan bangsa Arab kuno mengambil alih penghitungan sistem lunar (peredaran bulan) menjadi tarik Hijriah.
3.      Seni Bangunan (Arsitektur)
Dari peninggalan bangunan-bangunan yang masih bisa disaksikan sampai sekarang menunjukkan bahwa bangsa Mesir telah memiliki kemampuan yang menonjol di bidang matematika, geometri dan arsitektur. Peninggalan bangunan Mesir yang terkenal adalah piramida dan kuil yang erat kaitannya dengan kehidupan keagamaan. Piramida dibangun untuk tempat pemakaman Firaun.Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep.Bangunan ini biasanya memiliki kamar bawah tanah, pekarangan dan kuil kecil di bagian luarnya. Tiang-tiang dan dindingnya dihiasi dengan hiasan yang indah.Di bagian dalam terdapat lorong-lorong, lubang angin dan ruang jenazah raja. Di depan piramida terdapat spinx yaitu patung singa berkepala manusia. Fungsi spinx adalah penjaga piramida.
Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter di Gheza. Selain Cheops, di Gheza juga terdapat piramida Chefren dan Menkaure. Di Sakarah terdapat piramida firaun Joser. Selain piramida apakah ada tempat pemakaman yang lain di Mesir? Berdasarkan penggalian di daerah El Badari ditemukan pemakaman yang disebut Hockerbestattung (Hocker artinya jongkok dan bestattung artinya pemakaman) karena orang yang meninggal dimasukkan dengan cara didudukkan menjongkok. Ada pula pemakaman yang disebut mastaba untuk golongan bangsawan. Bangunan kedua adalah kuil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewa. Kuil terbesar dan terindah adalah Kuil Karnak untuk pemujaan Dewa Amon Ra. Kuil Karnak panjangnya ±433 m (1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter ±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang menceritakan pemerintahan raja.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Setelah membahas isi makalah ini dapat di simpulokan bahwa letak geografis Mesir diAfrika Utara, walaupun Semenanjung Sinai adalah dalam Asia Barat daya. Negara ini mempunyai pesisir pantai yaitu Laut Mediterranean dan Laut Merah; berbatasan dengan Libyabagian barat, Sudan dibagian selatan, Semenanjung
GazaPalestin dan Israel bagian timur.Mesir Kuno terbagi atas dua kerajaan, yang dikenal sebagai Mesir Hulu dan Mesir Hilir.Berlainan dengan kebiasaan, Mesir Hulu (Upper Egypt) terletak di selatan dan Mesir Hilir (Lower Egypt) di utara, dinamakan sungai Nil.
Pembagian kerajaan Mesir dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kerajaan Mesir Tua (2660 – 2180 SM), Kerajaan Mesir Baru (1570 - 1075 SM), Kerajaan Mesir Tengah (1640 – 1570 SM).

B.     Saran
Setelah memahami isi makalah ini penulis berharap para pembaca bisa memahami perkembangan peradaban kerajaan Mesir Kuno, dari Kerajaan Mesir Tua, Kerajaan Mesir Tengah, dan Kerajaan Mesir Baru. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan agar kedepan bisa menyusun makalah lebih baik lagi.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. 



Subscribe to receive free email updates: