Biografi dan Profil Ibnu Khaldun


LATAR BELAKANG
Ibnu Khaldun (1332-1406 M) adalah seorang cendekiawan Muslim yang hidup pada masa kegelapan Islam. Ia dipandang sebagai satu-satunya ilmuwan Muslim yang tetap kreatif menghidupkan khazanah intelektualisme Islam pada periode pertengahan. Ibnu Khaldun dalam lintasan sejarah tercatat sebagai ilmuwan Muslim pertama yang serius menggunakan pendekatan historis dalam wacana keilmuan Islam. Sejak al-Kindi, al-Farabi sampai sekarang pemikiran Islam hanya menyinggung masalah manthiq, tabi’iyyat dan ilahiyat. Ilmu-ilmu kemanusiaan, termasuk sejarah, tidak atau belum pernah menjadi sudut bidik telaah keilmuan yang serius. Orang dapat mencatat Ibnu Khaldun sebagai pengecualian yang amat jarang. Perintisan Ibnu Khaldun terhadap metode historis yang murni ilmiah tidak pernah mendapat tanggapan serius, dan bahkan tetap terlupakan hingga ditampilkannya kembali karyanya, al-Muqaddimah pada abad ke-19 M. Padahal Ibnu Khaldun sesungguhnya telah menobatkan sejarah ini sebagai “Mahkota Ilmu pengetahuan”.
Reputasi keilmuan Ibnu Khaldun secara realitas memang diakui dan dikagumi oleh kaum intelektual, baik dari kalangan Barat maupun Timur. Sungguh banyak predikat yang disandangkan kepadanya. Ibnu Khaldun terkadang disebut sebagai seorang sejarawan, ahli filsafat sejarah, sosiologi, ekonom, geografer, ilmuan politik dan lain-lain. Dikarenakan Ibnu Khaldun telah berusaha menginterpretasikan peristiwa-peristiwa historis secara filosofis, maka pada sisi ini banyak pakar telah memandang Ibnu Khaldun sebagai Bapak Filsafat Sejarah.



BIOGRAFI IBNU KHALDUN
Ibnu Khaldun mempunyai nama lengkap ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn al-Hasan ibn Jabir ibn Muhammad ibn Ibrahim ibn Khalid ibn ‘Usman ibn Hani ibn al-Khathab ibn Kuraib ibn Ma’dikarib ibn al-Harish ibn Wail ibn Hujr. Sejarawan yang mempunyai nama kecil ‘Abd al-Rahman ini biasa dipanggil dengan nama panggilan (kunyah) Abu Zaid, yang diambil dari nama putra sulungnya, Zaid. Ia pun sering disebut dengan nama gelar (laqb) Waliyuddin, sebuah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu memangku jabatan Hakim Agung di Mesir. Akan tetapi ia lebih populer dengan panggilan Ibnu Khaldun, yang dinisbatkan kepada nama kakeknya yang kesembilan yaitu Khalid. Ibnu Khaldun lahir tanggal 27 Mei 1331/732H dan wafat pada tanggal 19 Maret 1406/808H.
Untuk mempelajari Ibnu Khaldun, perjalanan panjang hidupnya dapat dipetakan dalam 4 fase:
  1. Fase pertama, dimulai sejak awal kelahiran, menuntut ilmu sampai terjadinya wabah besar di sebagian wilayah dunia Pada masa ini talenta keulamaannya sangat terlatih. Waktunya habis untuk menghafal Al-Qur’an beserta tajwid dan qiraatnya. Juga digunakan untuk mendalami berbagai disiplin ilmu agama, termasuk fikih bermadzhab maliki. Fase ini berlangsung sekitar 20 tahun, mulai tahun 732 H sampai 751 H.
  2. Fase kedua, berlasung sekitar 15 tahun dimulai tahun 751 H – 776 H. Pada fase ini kehidupannya habis dalam berbagai aktivitas politik. Beliau berhijrah dari satu daerah ke daerah lainnya, seperti Maghrib Al-Adna, Al-Ausath, dan Al-Aqsa juga sebagian wilayah Andalusia. Sifat oportunis Ibnu Khaldun muncul pada masa ini. Selain itu, ketajaman analisa politik dan sosiologi pun juga terasah.
  3. Fase ketiga, berlangsung sekitar 8 tahun, mulai tahun 776 H – 784 H. Fase ini adalah fase kontemplasi. Setengahnya habis di Qal’ah Ibnu Salamah, dan setengah selanjutnya dihabiskan di Tunis. Pada masa inilah magnum opus-nya yang berjudul “Kitâb Al-Ibar wa Dîwân Al-Mubtada’ wa Al-Khabar, fi Ayyâm Al-Arab wa Al-Ajam wa Al-Barbar, Wa Man Âsharahum min dzi Al-Sulthân Al-Akbar ” ditulis. Kitab ini terdiri dari 7 jilid, jilid pertama dari kitab inilah yang disebut sebagai Kitab Mukaddimah Ibnu Khaldun.
  4. Fase keempat, adalah masa mengajar dan menjadi Qadhi di Mesir. Masa ini berlangsung selama 24 tahun. Sejak tahun 784 H – akhir 808 H.
Ibnu Khaldun sebagai seorang pemikir merupakan sebuah produk sejarah. Oleh karena itu, untuk membaca pemikirannya, aspek historis yang mengitarinya tidak dapat dilepaskan begitu saja. Namun yang jelas, pemikiran Ibnu Khaldun tidak dapat dipisahkan dari akar pemikiran islamnya. Sebagai seorang filosof Muslim, pemikiran Ibnu Khaldun sangatlah rasional dan banyak berpegang kepada logika. Hal ini sangat dimungkinkan karena Ibnu Khaldun pernah belajar filsafat pada masa mudanya. Tokoh yang paling dominan mempengaruhi pemikiran filsafat Ibnu Khaldun adalah al-Ghazali ( 1058-1111 M). Lebih dari itu, posisi Ibnu Khaldun sebagai seorang filosof nampaknya mendukung posisinya sebagai seorang ilmuwan. Selain bahwa Ibnu Khaldun adalah seorang yang rasionalis, ia juga seorang yang empiris. Ibnu Khaldun telah berhasil memadukan antara metode deduksi dengan metode induksi dalam pengetahuan Islam.
KARYA-KARYA IBNU KHALDUN
Meskipun Ibnu Khaldun hidup pada masa di mana peradaban Islam mulai mengalami kehancuran atau menurut Nurkholish Madjid, pada saat umat Islam telah mengalami anti klimaks perkembangan peradabannya, namun ia mampu tampil sebagi pemikir muslim yang kreatif yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang dituangkan dalam beberapa karyanya, hampir seluruhnya bersifat orisinil dan kepeioporan. (Madjid, 1997:152)
Berikut ini beberapa karya Ibnu Khaldun yang cukup terkenal, antaralain;
1. Kitab al-I’bar wa Dhuan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-’Arab wa al-’Ajam wa al-Barbar wa man ‘Asharahiim min Dzawi al-Suthan al-Akbar.
Karya yang dilihat dari judulnya mempunyai gaya sajak yang tinggi ini dapat diterjemahkan menjadi; Kitab contoh-contoh dan rekaman tentang asal-usul dan peristiwa hari-hari arab, Persia, Barbar dan orang-orang yang sezaman dengan mereka yang memiliki kekuatan besar. Oleh karena judulnya terlalu panjang, orang sering menyebutnya dengan kitab al- ‘Ibar saja, atau kadang cukup dengan sebutan Tarikh Ibnu Khaldun. (Ma’arif, 1996:12)
2. Kitab Muqaddimah Ibnu Khaldun.
Dalam volume tujuh jilid, kajian yang dikandung begitu luas menyangkut masalah-maslah sosial, para Khaldunian cenderung menganggapnya sebagai ensiklopedia. (Suharto, 2003:65)
3. Kitab al-Ta ‘rif lbnu Khaldun wa Rihlatuhu Garban wa Syarqan.
Adalah kitab otobiografi Ibnu Khaldun secara lengkap di mana ia dipandang sebagai orang besar abad pertengahan yang paling sempurna meninggalkan riwayat hidupnya.
(Khudairi, 1987:29)
4. Karya-karya lain
Selain karya yang telah disebutkan di atas, Ibnu Khaldun sebenarnya memiliki karya-karya lainnya seperti; Burdah al-Bushairi,tentang logika dan aritmatika dan beberapa resume ilmu fiqih. Sementara itu masih ada dua karya Ibnu Khaldun yang masih sempat dilestarikan yaitu sebuah ikhtisar yang ditulis Ibnu Khaldun dengan tangannya sendiri ini diberijudul Lubab al-Muhashal fl Ushul al-Din. Dan kitab Syifa al-Sailfi Tahdzib al-Masatt yang ditulis Ibnu Khaldun ketika berada di Fez, adalah karya pertama yang berbicara tentang teologi skolastik dan karya kedua membahas tentang mistisisme konvensional. (Suharto, 2003:68)

Subscribe to receive free email updates: