Makalah Glanula Mammae
GLANULA MAMMAE
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar
mammae atau payudara merupakan derivatif sel epitel dan lapisan ektoderm.
Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal pada
payudara paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah
pubertas. Setiap kelenjar mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul.
Jaringan kelenjar melekat di dalam jaringan adiposa dan dipisahkan oleh
jaringan fibrosa.
Lobus
anterior hipofisis adalah kelenjar yang menghasilkan bermacam-macam hormon yang
bertugas meregulasi sekresi hormon-hormon kelenjar lain. Kelenjar-kelenjar
berikut ini bekerja di bawah pengaruh hipofisis: gonad, adrenal, tiroid dan
mammae. Sedemikian luasnya peran hipofisis membuat kelenjar ini mendapat
julukan “Master of Gland”. Meskipun demikian, hipofisis anterior tetap
di bawah kontrol hipotalamus yang diperankan oleh parvocellular
neurosecretory cells di zona paraventrikuler.
BAB
II
PEMBAHASAN
Mammalia
berasal dari kata mammae (bahasa Latin) yang berartisusu.
Mammalia suatu kelas dari hewan bertulang belakang (vertebrata) yang
memiliki kelenjar susu untuk menyusui anak yang baru dilahirkan atau anak yang
masih kecil. Kelenjar susu (mammae) terdapat didaerah perut atau dada.
Ciri-ciri lain mamalia selain kelenjar susu memiliki 3 tulang telinga tengah,
yaitu landasan martil dan sanggurdi. Semua mamalia berambut, pada paus dan
lumba-lumba rambut ada pada tahap tertentu. Fungsi rambut yaitu sebagai
insulasi pertukaran panas dengan lingkungan, sebagai indra peraba, sebagai
pelindung dari gesekan atau pertahanan, sebagai penciri kelamin. Ciri lain
geligi dengan berbagai bentuk dan ukuran, rahang bawah tersusun atas 1 tulang,
bernafas dengan paru-paru, jantung ruang empat, diafragma membantu pernafasan.
Mammalia
terkecil seperti kelelawar kecil (Craseonycteris thonglongyui) dengan
berat 3 gram, sedangkan mammalia terbesar adalah paus biru (Balaenoptera
musculus) panjang 27 meter dengan berat 190 kg.
A.
Struktur Kelenjar Mammae
Kelenjar
mammae merupakan kelenjar kulit khusus, yang terletak di bawah kulit.
Prolaktin, estrogen, progesteron, hidrokortison dan insulin meningkatkan
komponen-komponen penyusun kelenjar mammae.
1.
Anatomi
Struktur dasar
kelenjar mammae atau payudara hampir sama pada semua mamalia walaupun terdapat
variasi yang luas dalam hal jumlah, ukuran, lokasi dan bentuk kelenjar
mammae. Struktur anatomi payudara secara garis besar tersusun dari
jaringan lemak, lobus dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25 lobus)
yang memproduksi cairan susu, serta ductus lactiferous yang berhubungan dengan
glandula lobus dan lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping
itu juga terdapat jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan limphe
node. Lobulus dan duktus payudara sangat responsif terhadap estrogen karena sel
epitel lobulus dan duktus mengekspresikan reseptor estrogen (ER) yang
menstimulasi pertumbuhan, diferensiasi, perkembangan kelenjar payudara, dan
mammogenesis.
Sebuah saluran
langsung melalui puting merupakan perjalanan aliran susu yang telah diproduksi
dan disimpan di kelenjar mammae. Walaupun bersatu, namun setiap kelenjar adalah
unit-unit yang terpisah. Jumlah kelenjar mammae dan posisinya pada tubuh
spesifik. Sebagai contoh, manusia memiliki jumlah dan letak kelenjar mammae
yang khas. Sapi memiliki empat kelenjar (quarter), masing-masing mempunyai
ambing atau puting di bagian luar, sedang pada babi biasanya memiliki 10 atau
lebih kelenjar mammae.
2. Morfologi
Kelenjar mammae
dapat dibagi menjadi jaringan yang mensupport dan jaringan yang terlibat dalam
sintesa dan transportasi susu. Struktur jaringan yang menunjang/mensupport
adalah kulit, ligamen dan jaringan konektif. Support yang utama berasal
dari ligamentum suspensory lateralyang tidak elastis dan ligamentum
suspensorymedian yang elastis. Jaringan konektif terbagi dalam sintesa
susu dan system transportnya ke beberapa bagian. Bagian yang paling besar
disebut lobus.
Lobus ini
terbagi pula atas beberapa lobulus yang lebih kecil. Supplay darah yang cukup
kepada kelenjar mammae sangat diperlukan untuk produksi susu. Nutrient yang
dimanfaatkan dalam sintesa susu, berasal dari darah. Kira-kira 400 volume darah
harus mengalir ke dalam kelenjar mammae untuk mensintesa 1 volume susu. Supplay
darah yang utama untuk kelenjar mammae pada sapi, kuda, domba dan kambing
adalah dari arteripudic eksterna. Pada babi, kelenjar mammae disuplay
oleh arteri pudic eksterna dan arteri thoracisekstern. Arteri-arteri
yang mempenetrasi cabang-cabang kelenjar mammae dan mengikuti jaringan konektif
inilah yang membentuk lobus dan lobulus.
Alveoli
dikelilingi oleh sebuah network dari kapiler- kapiler arteri yang mentransfer
nutrient yang digunakan dalam sintesa susu. Network sel-sel myoepithelial
meliputi seluruh permukaan alveoli dan pembuluhpembuluh kecil yang mengaliri
lobulus. Sel-sel tersebut lembut, berfungsi seperti otot tetapi berasal dari
ectodermal bukan mesodermal. Sel-sel tersebut berasal sari sel-sel epithelial.
Sel-sel myoepithelial adalah jaringan kontraktil yang memegang peran penting
dalam milk ejection/milk let down (pengeluaran susu).
3.
Histologi Kelenjar Ambing
Struktur
kelenjar ambing tersusun dari jaringan parenkim dan stroma (connective
tissue). Parenkim merupakan jaringan sekretori berbentuk kelenjar tubulo-alveolar yang
mensekresikan susu ke dalam lumen alveolus. Lumen alveolus dibatasi oleh
selapis sel epitel kuboid. Lapisan sel epitel ini dikelilingi oleh sel-sel
myoepitel yang bersifat kontraktil sebagai responnya terhadap hormon oxytocin dan
selanjutnya dikelilingi oleh stroma berupa jaringan ikat membrana
basalis.
Pembuluh darah
dan kapiler terdapat pada jaringan ikat di antara alveolus ini. Beberapa
alveolus bersatu membentuk suatu struktur lobulus dan beberapa lobulus
bergabung dalam suatu lobus yang lebih besar. Penyaluran susu dari alveolus
sampai ke glandula sisterna melalui suatu sistem duktus yang disebut ductus
lactiferus (Hurley, 2000).
Sel yang
melapisi alveolus bervariasi penampilannya, tergantung aktivitas fungsionalnya.
Pada keadaan kelenjar tidak laktasi, sel berbentuk kuboid. Bila aktif
menghasilkan sekret (susu), selnya berbentuk silindris. Jika susu dicurahkan ke
dalam lumen, meregang, sel-sel kembali berbentuk kuboid dengan ukuran yang jauh
lebih besar dan sel-sel penuh berisi sekret. Sel-sel sekretoris alveolus kaya
akan ribosom, kompleks golgi dan droplet lemak serta banyak memiliki vakuola
sekretoris. Glandula Mammaemerupakan derivatif sel epitel.
4.
Susunan kelenjar mammae
Setiap glandula
mammae memiliki satu puting dengan dua saluran yang menerima aliran dari daerah
sekretoris yang terpisah pada masing-masing glandula. Glandula mammae dapat
dibagi menjadi:
- Jaringan-jaringan
penunjang
- Jaringan-jaringan
yang terlibat dalam sintesis dan pengangkutan air susu.
Struktur-struktur
penunjang adalah: kulit, ligamenta dan jaringan ikat.Penunjang utama berasal
dari : ligamentum suspensorius lateralis. Berada diluar ambing tepat di bawah
kulit juga mengirimkan lamella ke dalam ambing, lamella-lamella ini melanjutkan
diri dengan kerangka interstitial ambing sehingga penunjang menjadi bertambah.
Ligamentum suspensorius medialis membentang longitudinal diantara dua bagian
ambing dan menyatu pada abdomen karena elastisnya, ligamentum ini teregang
ketika ambing terisi dengan air susu.
Peranan kulit
dalam menunjang glandula mammae kecil artinya jika dibandingkan dengan
ligamentum suspensorius lateralis dan ligamentum suspensorius
medialis. Jaringan ikat membagi sistem sintesis dan transport air susu
menjadi beberapa bagian-bagian yang lebih besar adalah lobi (lobus). Lobi
dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut lobuli (lobulus). Tiap
lobulus memiliki satu ductus. Lobus berisi 150-225 alveoli.
Alveoli
(alveolus-alveolus) merupakan struktur-struktur serupa kantong kecil yang
berbentuk sferik atau bulat alveoli mempunyai suatu lumen dan dibatasi dengan
sel-sel epithel Sel-sel epithel ini merupakan unit-unit sekresi air susu di
dalam glandula mammae. Lebih dari setengah dari semua air susu yang tersimpan
di dalam glandula mammae akan disimpan di dalam lumen alveoli. Sisanya akan
disimpan di dalam ductus-ductus (ducti) yang berasal dari lobuli dan lobi.
B. Pertumbuhan dan
Perkembangan Mammae
Perkembangan
glandula mammae dapat dibagi menjadi empat fase ; (1) . perkembangan embrio,
(2) perkembangan fetus, (3) perkembangan selama kebuntingan, (4) perkembangan
periode pertumbuhan postnatal.
Periode
embrional dan foetal jaringan sekretoris kelenjar mammae berkembang dari
ektoderm dan satu tanda perkembangan kelenjar mammae adalah dua garis sejajar
pada permukaan ventral, di sebelah caudal umbilicus.Garis mammae tersebut
terdiri dari beberapa lapisan sel yang berasal dari lapisan malpighi pada
ektoderm. Melalui beberapa interval garis mammae, berproliferasi lebih lanjut
dan membentuk pucuk-pucuk mammae.
Periode
postnatal pada umumnya, perkembangan mammae dipengaruhi oleh pertumbuhan berat
badan. Perkembangan tersebut terdiri dari penyebaran sisitim saluran, deposisi
lemak, dan peninggian jumlah jaringan ikat. Jaringan ikat kelenjar mengalami
perubahan-perubahan siklik selama siklus birahi yang berhubungan dengan, tetapi
ketinggalan, perubahan pada corpus lutium. Selama siklus birahi yang berulang
ini terdapat pertumbuhan sistem saluran tetapi tidak ada perkembangan alveoli.
Kelenjar
mammae manusia merupakan struktur tubuloalveolar yang letaknya radier menjauhi
puting. Payudara menjadi rudimenter dan hampir seluruhnya terdiri atas ductus
lactiferus, saat lahir. Walaupun payudara tersebut dapat mensekresikan beberapa
tetes susu, yang disebut “ withces milk”, fungsi sekretorik
ini hanya sebentar saja dan payudara cepat menjadi tenang sampai pubertas.
Pada
laki-laki setelah pubertas kelenjar ini tidak tumbuh lagi, sedangkan pada
wanita kelenjar ini tumbuh pesat saat pubertas.Pertumbuhan dan perkembangan
glandula mammae merupakan suatu seri peristiwa yang melibatkan interaksi berbagai
macam tipe sel yang berbeda yang dimulai sejak kelahiran dan terus berlangsung
di bawah pengaruh siklus menstruasi dan proses gestasi. Rangkaian peristiwa
tersebut diatur oleh interaksi yang kompleks antara berbagai hormon steroid dan
faktor pertumbuhan, baik dari sel yang berdekatan dengannya maupun dari
komponen dalam lingkungan sel tersebut (faktor pertumbuhan). Stimulasi tersebut
akan mempengaruhi perubahan morfologi dan metabolismenya.
Perkembangan
pertama pada embrio terlihat adanya mammary band yaitu area sel-sel epithelial
yang kecil dan tebal, yang pada sapi dapat terlihat kira-kira pada umur 30
hari. Kelenjar mamme ini berasal dari ektodermal. Pada tahap perkembangan
selanjutnya adalah garis mammae (mammary line), pusat mammae (mammary
crest), tonjolan mammae ( mammary hillock) dan pucuk mammae (mammary
bud). Pucuk atau kuncup mammae ini dapat terlihat pada bagian awal periode
fetus. Pada sapi, pucuk mammae dapat ditemukan di bagian tengah garis ventral
dari embrio dan selanjutnya tumbuh ke bagian depan dan belakang quarter.
Sedikit bukti yang menunjukkan bahwa perkembangan mammae embrional ini dibawah
kontrol hormonal.
Pucuk/kuncup
mammae ini terlihat pada kedua jenis embrio jantan dan betina maka hal ini juga
sebagai tanda awal dari pola perkembangan kelenjar jantan dan betina. Pada
individu betina, tahap pucuk mammae ini diikuti dengan perkembangan puting.
Kecambah primer (primary sprout) akan membentuk jaringan mammae fetus pada tiga
bulan kebuntingan. Kecambah primer ini merupakan awal jaringan sekresi susu
terbentuk. Sebelum akhir masa kebuntingan kecambah sekunder dan tertier juga
terbentuk. Pengaturan pada fase ini belum sepenuhnya dimengerti, namun ada
bukti adanya pengaruh endokrin. Prolaktin yang bekerja sinergis dengan insulin,
hormone steroid dari cortex adrenal dan progesterone adalah hormon-hormon yang
mungkin menstimulasi perkembangan ini.
Konsentrasi
progesteron tinggi sepanjang masa kebuntingan. Walaupun lebih tinggi pada awal
kebuntingan, sementara konsentrasi estrogen lebih tinggi pada akhir masa
kebuntingan yaitu pada periode pertumbuhan terbesar dari kelenjar mammae. Kedua
hormone tersebut adalah sebagai regulator yang penting bagi perkembangan fungsi
jaringan mammae yang potensial untuk sekresi susu. Setelah kebuntingan,
perkembangan mammae akan berlanjut, dengan kecepatan perkembangan yang tinggi
pada akhir masa kebuntingan, yang pararel dengan kecepatan pertumbuhan fetus.
Setelah
lahir, mammae tumbuh terus dengan kecepatan tumbuh seperti umumnya pertumbuhan
badan sampai kira-kira umur 3 bulan. Dari umur tiga bulan sampai sebelum
pubertas, kecepatan tumbuh mammae lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
badan. Growth hormone terlibat sebagai regulator pada pertumbuhan ini. Setelah
pubertas, kelenjar mammae akan dihadapkan pada siklus yang membutuhkan
peningkatan estrogen dan progesterone. Efek dari estrogen adalah
pada perkembangan pembuluh, sedang progesterone menstimulus perkembangan
lobulus.
C. Laktogenesis
Kelenjar
susu secara normal digolongkan sebagai suatu kelenjar pelengkap sistem
reproduksi, karena hubungannya yang erat dan hormon-hormon dan fungsi-fungsi
reproduksi. Sekresi kelenjar susu menjamin imunitas pasif dan menyediakan
makanan untuk anak yang baru lahir. Selama masa kebuntingan terjadi proliferasi
saluran-saluran mammae dan alveoli dibawah pengaruh hormon progesteron dan
estrogen dari ovarium dan plasenta. Pada bulan kelima pertumbuhan tenunan
sekretoris hampir sempurna. Selama pertengahan terakhir masa kebuntingan
terjadi hipertropi seluler dan sekresi yang terbatas.
Pertumbuhan
kelenjar susu dan laktasi terutama berada di bawah pengaruh hormon,
syaraf-syaraf vasomotorik di dalam puting susu dan di dalam kulit ambing
memegang peranan tidak langsung pada sekresi air susu.Dengan jalan menstimulir
kelenjar hypofisa maka akan dilepaskan hormon prolaktin. Hormon prolaktin
ini penting untuk memulai dan mempertahankan laktasi dan melepaskan oxytoxin
yang perlu untuk ”Let-Down” atau penurunan air susu. Syaraf vasomotor mungkin
memainkan peranan tak langsung pada sekresi susu dengan mengatur suplai darah
kekelenjar susu. Estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium dan
plasenta bekerja sama untuk pengembangan kelenjar susu. Progesteron menyebabkan
pertumbuhan lebih lanjut sistem saluran dan perkembangan alveolar.
Sel epitel
alveolus yang memproduksi susu merupakan sel yang terpolarisasi dan sangat
berdeferensiasi yang berfungsi mengakumulasi, mensintesis, mengemas, dan
mengeluarkan komponen-komponen air susu. Setidaknya empat jalur transeluler
dibutuhkan untuk pembentukan air susu yang sesuai di dalam alveolus
payudara. Jalur yang pertama meliputi sekresi kation monovalen dan air.
Jalur yang kedua, transpor immunoglobulin yang dimediasi reseptor. Jalur
yang ketiga, sintesis dan transpor lemak susu. Jalur yang keempat, eksositosis
vesikel sekretorik yang mengandung protein susu spesifik, kalsium, fosfat,
sitrat dan laktosa. Jalur paraseluler imunoglobulin seperti IgA, plasma
protein, dan leukosit dapat bergerak di antara sel alveolar yang telah kehilangan
persambungan erat (tight junction).
Laktasi
terjadi pada waktu kelahiran bersamaan dengan penurunan kadar progesteron dan
estrogen dalam darah dan meningkatkan kadar prolaktin atau hormon laktogenik
dari kelenjar hipofisa. Prolaktin perlu untuk memulai sekresi air susu dan
mempertahankan laktasi. Peningkatan kadar prolaktin didukung oleh stimulasi
mammae melalui penghisapan dan penyingkiran kolestrum dan air susu dari alveoli
kelenjar susu.
D. Fungsi Kelenjar
Mammae
Laktasi
merupakan karakteristik yang spesifik bagi mamalia. Susu adalah produk
yang dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi anaknya untuk
mendapatkan imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks.
Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 – 90 %. Komposisi susu juga
bervariasi tergantung spesies Komponen utama lainnya adalah protein, lemak
dan laktosa. Susu juga merupakan sumber berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P
serta berbagai vitamin. Air susu yang pertama keluar setelah proses kelahiran
mengandung maternal immunoglobulin atau antibody yang dapat
bertindak sebagai imunitas terhadap penyakit, disebut kolostrum.
Protein dan
lemak merupakan komposisi penting pada susu. Protein dalam susu disebut casein.
Casein ini hadir dalam berbagai bentuk pada spesies yang berbeda. Molekul
casein beragregasi membentuk ikatan disebut micelles, dan distabilkan oleh
komponen lain yaitu Ca, Phosphate, Citrat dan lain-lain. Casein terdiri dari
berbagai asam amino. Casein mengandung asam amino yang dibutuhkan oleh manusia,
oleh karena itu susu merupakan nutrisi yang tinggi kualitas proteinnya.
Sementara lemak hadir sebagai globul-globul kecil dekat dengan membrane yang
berasal dari sel-sel yang mengeluarkannya yaitu membrane globul lemak susu.
Tabel 1. Komposisi Susu Sapi dan Beberapa Spesies Lain
Komponen
|
Sapi
|
Kambing
|
Manusia
|
Domba
|
Kuda
|
Babi
|
Air
|
87,70
|
86,0
|
88,2
|
81,3
|
89,9
|
81,9
|
Lemak
|
3,61
|
46
|
3,3
|
3,3
|
1,2
|
6,8
|
Laktosa
|
4,65
|
4,2
|
6,8
|
6,8
|
6,9
|
5,5
|
Protein
N X 6,38
|
3,29
|
4,4
|
1,5
|
1,5
|
1,8
|
5,1
|
Abu
|
0,75
|
0,8
|
0,2
|
0,2
|
0,3
|
0,7
|
Sumber : Pearson, D.1971. Dalam Lestari. 2006.
Pada
dasarnya air susu merupakan emulsi lemak dalam fase cairan yang isotonik dengan
plasma. Air susu manusia yang telah matang mengandung 3-5% lemak, 1% protein,
7% laktosa, 0,2% mineral, serta memberikan kalori sebesar 60-75 kkal/dL.
Kelompok lemak utama pada air susu manusia adalah trigliserida. Protein-protein
yang utama pada air susu manusia adalah kasein, α laktoalbumin, laktoferin,
imunoglobulin A, lisozim, dan albumin. Mineral yang dikandung meliputi natrium,
kalium, kalsium, magnesium, fosfor dan klorida dan beberapa hormon peptida
(Heffner, L. J & D. J. Schust. 2006).
Susu
diproduksi oleh glandula mammae dari kumpulan sel-sel epithelial sekretori yang
spesifik. Sel-sel ini membentuk struktur yang disebut alveoli. Sel-sel alveoli
dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebutt sel-sel myoepithelial.
Sel-sel berkontraksi sebagai respon dari hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary yaitu oxytocin. Kelenjar mammae adalah kelenjar eksokrin dimana
sekresi eksternal dari alveoli dialirkan melalui system pembuluh ke puting yang
dapat dihisap oleh anaknya. Kelenjar mammae ini adalah perkembangan dari
kelenjar keringat. Spesies yang penting secara ekonomi sebagai penghasil susu
adalah ruminansia seperti domba, sapi dan kambing. Unta merupakan ternak perah
yang penting di timur tengah, sedangkan susu kuda banyak digunakan sebagai susu
fermentasi atau yoghurt yang banyak dikonsumsi di Asia.
E.
Kelainan Pada Kelenjar Mammae
Kanker
payudara dapat tumbuh dimana saja pada kelenjar mammae. Tumor biasanya
dikelompokkan berdasarkan asal selnya. Kerentanan kelenjar payudara
terhadap tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu
sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan
diferensiasi sel payudara.
Penelitian
menunjukkan bahwa sistem endokrin yang mengontrol perkembangan payudara
mempengaruhi risiko terjadinya kanker payudara. Keseimbangan antara
proliferasi, diferensiasi dan kematian sel-sel kelenjar payudara berperan
penting dalam proses perkembangan tersebut. Estrogen merupakan suatu hormon
steroid yang memberikan karakteristik seksual pada wanita, mempengaruhi
berbagai organ dan jaringan di antaranya terlibat pada regulasi proliferasi sel
dan diferensiasi baik pada wanita atau pria. Estrogen menyebabkan perkembangan
jaringan stroma payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan deposit
lemak pada payudara. Diduga paparan yang berlebihan dari estrogen endogen dalam
fase kehidupan perempuan berkontribusi dan mungkin merupakan faktor penyebab
terjadinya kanker payudara.
Kanker
payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi cukup
tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja
prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim. Kejadian kanker
payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker.
Pada
umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga kebanyakan
kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor epitelial).
Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berangkat dari jaringan penghubung,
jarang dijumpai pada payudara. Berdasarkan asal dan karakter histologinya
kanker payudara dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu in situ
karsinoma dan invasive karsinoma. Karsinoma in situ dikarakterisasi oleh
lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun di lobular, tanpa adanya invasi
melalui membran basal menuju stroma di sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive
karsinoma, membran basal akan rusak sebagian atau secara keseluruhan dan sel
kanker akan mampu menginvasi jaringan di sekitarnya menjadi sel metastatik .
Kanker
payudara pada umumnya berupa ductal breast cancer yang invasif dengan
pertumbuhan tidak terlalu cepat. Kanker payudara sebagian besar (sekitar 70%)
ditandai dengan adanya gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara, juga
adanya tanda lain yang lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara,
erosi, retraksi, pembesaran dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara
keseluruhan timbul kemerahan, pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.
Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit
kuning atau bahkan pengurangan berat badan.
Sel kanker
payudara dapat tumbuh menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun.
Pada tumor yang ganas, benjolan ini bersifat solid, keras, tidak beraturan, dan
non mobile. Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan,
dan rasa panas pada jaringan payudara. Penyebab kanker payudara sangat beragam,
tetapi ada sejumlah faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit
ini yaitu asap rokok, konsumsi alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur
saat melahirkan pertama, lemak pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada
tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini.
Hormon
tampaknya juga memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara.
Estradiol dan atau progresteron dalam daur normal menstruasi meningkatkan
resiko kanker payudara. Hal ini terjadi pada kanker payudara yang memiliki
reseptor estrogen, dimana memang 50 % kasus kanker payudara merupakan kanker
yang tergantung estrogen. Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang
sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan
yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen
sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia.
Fibroadenoma
biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas,
mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis
menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan
rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur
anatomi kelenjar mammae secara garis besar tersusun dari jaringan lemak, lobus
dan lobulus (setiap kelenjar terdiri dari 15-25 lobus) yang memproduksi cairan
susu, serta ductus lactiferous yang berhubungan dengan glandula lobus dan
lobulus yang berfungsi mengalirkan cairan susu, di samping itu juga terdapat
jaringan penghubung (konektif), pembuluh darah dan limphe node. Sel-sel
alveoli dikelilingi oleh sel-sel kontraktil yang disebut sel-sel myoepithelial.
Susu adalah
produk yang dihasilkan oleh glandula mammae dan merupakan nutrisi bagi anaknya
untuk mendapatkan imunitas pasif. Susu mempunyai susunan kimia yang kompleks.
Konstituen utamanya adalah air yaitu sebesar 46 – 90 %. Komposisi susu juga
bervariasi tergantung spesies.Komponen utama lainnya adalah protein, lemak dan
laktosa. Susu juga merupakan sumber berbagai mineral seperti Ca, Mg dan P serta
berbagai vitamin.
Air susu
yang pertama keluar setelah proses kelahiran mengandungmaternal
immunoglobulin atau antibody yang dapat bertindak sebagai imunitas
terhadap penyakit, disebut kolostrum. Kerentanan kelenjar payudara
terhadap tumorigenesis dipengaruhi oleh perkembangan normal dari kelenjar itu
sendiri yang dikarakterisasi dengan berbagai perubahan dalam proliferasi dan
diferensiasi sel payudara.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A. et. a l. 1995. Pengaruh Akupuntur Terhadap Poduksi AirSusu
Ibu. Jurnal Cermin Dunia Kedokteran No. 105. FK UI. Diakses 8
Desember 2016.
Duval, J. 1997. Treating Mastitis Without Antibiotics EcologicalAgriculture
Projects . http;
// www, eap mc gill. ca // Publications /
EAP 69 htm. Diakses 8 Desember 2016.
Eni, F. 2009. Sistem Reproduksi Betina. http:
/1 bp. Blogspot. Com/9 BICAF
Hefner, L. J & D. J. Schust. 2006. At Glance Sistem Reproduksi . Jakarta
: Erlangga.