Islam Dan Ilmu Pengetahuan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Agama islam adalah agama yang
diridhoi oleh Allah swt. Agama islam itu sendiri disampaikan melalui malaikat
jibril kepada nabi Muhammad saw Sebagai rosulnya. Untuk menyampaikan dan
mengajak umat manusia menuju kebenaran. Sebagai agama wahyu, seperti telah
disebutkan berulang-ulang. Komponen utama agama islam adalah yang bersumber
dari al-qur’an dan al-hadis.
Begitu pula hubungan islam dengan
ilmu pengetahuan. Di dalam al-qur’an perkataan ilmu (ilmu pengetahuan tentang sesuatu)
sering disebutkan dalam berbagai hubungan. Maka dari itu, kedudukan ilmu
didalam islam sangatlah luas.
Ilmu pengetahuan mampu untuk
mencapai suatu ketentraman, kesejahteraan, dan keistimewaan bagi hamba-hamba
yang menuntut dan mengamalkannya. Karena dalam agama islam bagi hamba-hamba-Nya
yang menuntut ilmu. Maka Allah akan meninggikan derajatnya diantara orang-orang
yang beriman.
B. Rumusan Masalah
- Apa itu kedudukan ilmu pengetahuan, kedudukan akal dan wahyu dalam islam?
- Apa
saja klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam?
C. Tujuan Penulisan
- Menambah
ilmu pengetahuan tentang kedudukan akal dan wahyu dalam islam
- Memberikan gambaran tentang
klasifikasi dan karakteristik ilmu dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam.
Kedudukan berasal dari kata duduk.
Dengan mengetahui kedudukannya dapat diketahui peranannya. Kata akal berasal
dari bahasa arab al-‘aql yaitu pikiran atau intelek (daya atau proses pikiran
yang lebih tinggi berkenaan dengan ilmu pengetahuan). Menurut pemahaman para
filosofis islam, akal mengandung arti daya untuk memperoleh pengetahuan ,
membuat seseorang dapat membedakan antara dirinya dengan benda lain, dapat
membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan mempunyai fungsi moral. Akal
dalam pengertian islam adalah daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia;
daya, yang memperoleh pengetahuan dari alam sekitarnya. Pengertian inilah yang
dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia.
Kedudukan akal dalam islam sangat
penting, karena akallah wadah yang menampung akidah, syariah serta akhlak.
Dalam ajaran islam ada ungkapan yang menyatakan: “akal adalah kehidupan, hilang
akal berarti kematian”. Namun kedudukan dan peranan akal dalam ajaran islam
tidak boleh bergerak dan berjalan tanpa bimbingan wahyu yang berfungsi
meluruskan akal. Kalau ia menjurus ke jalan yang nyata salah akibat berbagai
pengaruh. Karena itu Allah menurunkan petunjuknya berupa wahyu.
Wahyu berasal dari kata arab
“al-wahy” artinya suara, api dan kecepatan. Disamping itu mengandung makna
bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Al-wahy mengandung arti pemberitahuan
secara tersembunyi dan dengan cepat. Dengan demikian wahyu adalah tuntunan yang
diberikan sang pencipta melalui pilihan-Nya agar diteruskan kepada umat manusia
untuk dijadikan pegangan hidup.
Wahyu turun kepada nabi-nabi
melalui tiga cara, yaitu dimasukkan langsung ke dalam hati dalam bentuk ilham,
dari belakang tabir, dan melalui utusan dalam bentuk malaikat. Hal ini yang di
ungkapkan dalam firman Allah SWT. Surah asyura ayat 42. Dari uraian diatas
kedudukan akal dan wahyu dalam islam merupakan sokoguru ajaran islam, namun
dalam sistem ajaran islam wahyulah yang pertama dan utama, sedang akal adalah
yang kedua. Wahyu dapat lihat secara langsung dalam kitab suci al-qur’an,
sedangkan wahyu yang tidak langsung melalui sunnah rosulullah (hadis).
B. Klasifikasi Dan Karakteristik Ilmu Dalam
Islam
Ilmu pengetahuan berkembang seiring
dengan berkembangnya kebudayaan manusia yang berlangsung secara bertahap. Ilmu pengetahuan
merupakan implementasi dari pengetahuan yang ada dan kaidah-kaidahnya. Dengan
ilmu pengetahuan manusia memenuhi kodratnya sebagai kholifah dibumi. Dengan
memanfaatkan semua fasilitas sebaik-baiknya tanpa melakukan perusakan. Lahirnya
islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru,
yakni lahirnya tradisi intelek.
1. Keterbatasan
Ilmu
Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna
ayat-ayat Allah di alam semesta yang diciptakan agar manusia dapat mengenal
eksistensi-Nya (kebesaran-Nya). Jadi, semakin dalam ilmu seseorang akan
mengantarkannya kepada penghayatan akan keberadaan dan keagungan Allah yang
semakin dalam pula.
2. Ilmu-ilmu Semu
Banyak orang mempelajari ilmu pengetahuan tetapi
dirinya bersikap sekuler, tak sedikitpun kecenderungannya kepada islam.
Ilmu-ilmu seperti inilah disebut ilmu semu karena tidak membawa manusia kepada
tujuan hakiki. Allah swt menggambarkan bahwa fenomena di atas disebabkan oleh
beberapa hal :
Pertama, sikap apriori dari para pencari ilmu dengan
tidak meyakini bahwa ajaran islam benar-benar dari Allah swt. Dan berguna bagi
kehidupan manusia.
Kedua, sikap kesombongan terhadap kebenaran dengan
membiarkan hawa nafsu menguasai cara berfikir mereka.
Ketiga, terbelenggunya akal pikiran karena peniruan
yang membabi buta terhadap karya-karya pendahulu (nenek moyang) mereka.
Keempat, mengikuti persangkaan yang tidak memiliki
landasan ilmiah yang kokoh.
3. Klasifikasi Ilmu
Pada dasarnya ilmu dibagi atas dua bagian besar :
- Ilmu
tanziliyah yaitu ilmu-ilmu dikembangkan akal manusia terkait dengan
nilai-nilai yang diturunkan Allah baik dalam kitab maupun hadis.
- Ilmu
kauniyah yaitu ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia karena
interaksinya dengan alam.
- Antara
ilmu tanziliyah dan kauniyah tidak bisa dipisahkan, karena keduanya saling
melengkapi. Ilmu tanziliyah berfungsi menuntun jalan kehidupan manusia,
sedangkan ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam kemakmuran alam ini.
- Menurut
ibnu qayyim ilmu terbagi menjadi dua: Ilmu yang memberikan kesempurnaan
diri, dan ilmu yang tidak memberikan kesempurnaan diri. Dan ada ulama yang
mengklasifikasikan ilmu terbagi menjadi dua : terpuji dan tercela.
Yang
termasuk ilmu terpuji adalah : Ilmu usul (dasar) yaitu kitabullah, sunnah
rosullullah saw. Dan perkataan para sahabat. Ilmu furu (cabang) yaitu apa yang
dipahami dari dasar ini, berbagai pengertian yang memberikan sinyal pada akal,
sehingga akal dapat memahaminya. Ilmu pengantar yaitu berfungsi sebagai alat
seperti ilmu untuk memahami kitabullah dan sunnah Rosulullah saw. Ilmu
pelengkap yaitu ilmu qiraah, makhroj, dan lain-lain. Dan ilmu tercela adalah:
ilmu yang tidak diamalkan dan disembunyikan oleh pemiliknya, ilmu yang
menimbulkan perselisihan dan kedengkian.
C. Kewajiban menuntut ilmu
1. Penghargaan
terhadap ilmu
Pertama, turunnya wahyu pertama kepada Rosulullah
saw. Kedua, banyaknya ayat-ayat al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal, pikiran, dan pemahaman. Ketiga, Allah swt memandang rendah
orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya. Keempat, Allah
memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang
bodoh. Kelima, Allah akan meminta pertanggung jawaban orang-orang yang
melakukan sesuatu tidak berdasarkan ilmu. Keenam, pemahaman terhadap ajaran
agama harus berdasarkan ilmu. Ketujuh, dalam menentukan orang-orang pilihan
yang akan memimpin manusia dimuka bumi ini Allah melihat sisi keilmuannya.
Kedelapan, Allah menganjurkan kepada seorang yang beriman untuk senantiasa
berdo’a.
2. Perintah Menuntut
Ilmu
Menuntut ilmu adalah bagian yang sangat penting dari
pengamalan ajaran islam. Oleh karena itu, dalam islam terdapat kewajiban untuk
menuntut ilmu baik secara pribadi maupun kelompok. Hal ini tercantum dalam
surah an-nahl (43), at-taubah(122).
3. Model
Kewajiban
Ilmu yang diterima manusia sangat luas. Oleh karena
itu, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu dalam kewajiban menuntut ilmu.
Seseorang yang mencapai usia balig ditandai dengan datangnya haid bagi wanita,
dan mimpi basah bagi pria maka wajib bagi dirinya untuk mengetahui pokok ajaran
agamanya. Ia wajib memahami makna dua kalimat syahadat. Kewajiban menuntut ilmu
diatas disebut dengan fardu ain.
Sedangkan ilmu yang keberadaanya terkait dengan
kepentingan masyarakat muslim dan umum masuk dalam fardu kifayah. Ilmu-ilmu
yang termasuk fardu kifayah terdiri dari ilmu pendalaman pemahaman syariat
seperti tafsir, mustalah hadis, dan ilmu usulflqh. Juga ilmu kedokteran, teknik
dll.
Fardu ain yaitu setiap ilmu yang harus dipelajari
oleh setiap muslim tentang ilmu agama islam. Fardu kifayah yaitu ilmu yang
memperdalam ilmu yang dibutuhkan umat islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa kedudukan ilmu pengetahuan dalam
agama islam sangat penting. Karena, menuntut ilmu adalah kewajiban seorang
muslim. Demikian juga kedudukan akal dan wahyu dalam islam. Karena dengan
menggunakan akal secara baik dan benar sesuai petunjuk Allah swt. Manusia
secara sukarela meningkatkan diri kepada Allah swt. Dan tentunya, harus
dibarengi dengan bimbingan wahyu untuk meluruskan akal.
Klasifikasi
dan karateristik ilmu dalam islam adalah terbagi dua bagian besar: Ilmu
tanziliyah yaitu ilmu-ilmu dikembangkan akal manusia terkait dengan nilai-nilai
yang diturunkan Allah baik dalam kitab maupun hadis. Ilmu kauniyah yaitu
ilmu-ilmu yang dikembangkan akal manusia karena interaksinya dengan alam.
B.
Saran
Kami
menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak
terutama dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya
dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Muhammad Daud.(2011). Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Azra,
Azyumardi.(2002). Buku Teks Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Departemen
Agama RI.