Makalah Nilai-Nilai Kehidupan Manusia
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Etika adalah semua tentang tindakan
yang Anda anggap benar dan tepat untuk melakukan per nilai-nilai masyarakat. .
Masyarakat adalah melepaskan bahwa kelompok orang tinggal di, jadi jika dari
awal kita mulai dengan masyarakat untuk menyadari etika, faktor-faktor lain
dalam hidup akan mudah untuk mengelola. Banyak orang tidak mengenali signifikan
etika dan bagaimana hal itu mempengaruhi keputusan kehidupan sehari-hari karena
akan membuat masyarakat menghormati nilai-nilai mereka lebih dan menentukan
keputusan yang tepat bahkan dalam situasi sulit. Per etika, kepentingan publik
akan disukai daripada kepentingan pribadi yang akan meningkatkan kepedulian dan
mencintai dalam masyarakat sebagai salah satu setiap akan mempertimbangkan
kepentingan lain dan tidak akan menyakiti mereka dengan cara apapun.
Karena etika adalah konsep yang
sangat penting dalam hidup kita perguruan tinggi dan universitas menyebarkan
kesadaran etika dalam kursus mereka untuk membuat generasi sadar akan manfaat
dari etika dan bagaimana hal itu akan membuat hidup mereka lebih mudah dan
amanah yang akan mengarah untuk menjadi sukses dalam kehidupan dan dalam bisnis
dalam waktu yang sama. Etika harus dipertimbangkan sebagai satu set
prinsip-prinsip yang hidup, sebuah kode etik bagi hubungan kita dengan semua
yang kita bersentuhan. Etika mencakup adat istiadat sosial, biasanya dinyatakan
hari ini sebagai sopan santun, perilaku kita terhadap sesama manusia dan sesama
makhluk, dan kepercayaan. Dunia beroperasi pada kepercayaan. Kepercayaan adalah
keyakinan bahwa orang lain akan bertindak sesuai dengan standar tidak jelas,
tetapi umumnya diterima dari perilaku dan menghormati orang lain. Jika
kepercayaan tidak ada maka sangat sedikit dari apa yang kita anggap perlu,
untuk memungkinkan aliran bebas dari pergaulan dan perdagangan, akan terjadi,
semua hal ini diatur oleh etika.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian nilai
Nilai-nilai atau peraturan-peraturan dalam masyarakat berlaku dan
disepakati bersama-sama dalam kehidupan, sehingga Anda sering mendengar
kata-kata “baik & tidak baik”, “boleh & tidak boleh”, “sopan &
tidak sopan”, “penting & tidak penting”, “tahu atauran & tidak tahu
aturan” dan sebagainya. Manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu
sangat penting memahami nilai-nilai kelompok, masyarakat, negara, dan pribadi
sendiri. Sedangkan
yang dimaksud dengan nilai kehidupan, adalah segala nilai yang hidup dan
mempengaruhi tindakan seseorang. Misalnya ketika terjadi penyerangan AS dan tentara
sekutu terhadap negara Irak, Indonesia mengutuk agresi tersebut. Di sini
nilai-nilai dasar “bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bengsa”
mendasari tindakan bangsa Indonesia.
B.
Nilai-Nilai Kehidupan Manusia
1.
Manusia dan Kemanusiaan
Filsafat manusia berusaha mencari
jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan menggali setiap
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan yang telah,sedang
dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia mengkaji tentang manusia
secara totalitas yakni dari segi psikologi,antropologi,sosiologi dan ilmu-ilmu
humaniora lainnya. Manusia memang adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling unik
dan misterius,karena selain memiliki bentuk jasmani yang demikian
sempurna,indera yang begitu lengkap,manusia juga dianugerahi akal dan ruh
sebagai media pencapaian kebenaran,yang dengan itu semua manusia memiliki
cipta,rasa dan karsa yang tidak hanya sebagai pembeda atas makhluk cipataan
Tuhan yang lain tetapi juga dengan para malaikat.
Pandangan Fazlur Rahman tentang
manusia,bahwa manusia selain memiliki tugas untuk beribadah kepada Sang
Khalik,juga memiliki tujuan mempelajari alam semesta,hukum-hukum susunan
batinnya sendiri dan proses sejarah,untuk kemudian menggunakan pengetahuan ini
untuk kebaikan.Maharani (2008:28) yang menyatakan :Upaya dan kerja keras
manusia seharusnya bertujuan pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan
umat manusia,namun pada kenyataan banyak dari upaya manusia justru lebih
mengembnagkan dan kemajuan individual agar menjadi lebih kuat. Beberapa tesis
tentang manusia yang dikemukakan oleh Maharani (2008:8-17),yakni :
a. Homo
mechanicus, ialah bahwa manusia sebenarnya merupakan mesin yang
memiliki fungsi-fungsi mekanis atas jiwanya dan badan sebagai penggerak.
b. Homo
Ludens, ialah manusia merupakan pribadi yang bertingkah laku secara
orisinil dan bebas dengan pilihan dan keputusan tindakannya
c. Homo
Sapiens, ialah manusia adalah makhluk yang memiliki cipta,rasa dan
karsa yang dengan semua itu dan dengan akalnya dapat mengolah alam semesta
untuk pemanfaatan yang sebesar-besarnya.
d. Homo
Volens, ialah manusia sebagai makhluk yang memiliki kemampuan
kreatifitas atau inovatif.
e. Homo
Eeconomicus, ialah manusia memiliki kemampuan mempertahankan hidup
dengan meningkatkan aspek ekonominya.
f. Homo
Socius, ialah manusia sebagai makhluk social.
g. Homo
Religius, ialah manusia sebagai makhluk yang beragama (butuh agama).
Ragam tesis
tentang sifat manusia di atas,manakala tereksplorasi secara positif,maka bukan
saja akan muncul manusia seperti dalam penampakan biologis,tapi akan Nampak
manusia sebagai hakekat,yakni manusia yang memiliki nilai kemanusiaan.
2. Hidup Bermakna
a. Para
agamawan harus mampu menyarikan dari kompleksitas permasalahan moril pokok yang
tersembunyi.
b. Mereka
harus mampu menunjukkan keseimbangan jawaban atas masalah-masalah moril yang
baru dengan nilai dan kaidah-kaidah moralitas agama dan budaya yang ada.
c. Manusia
harus mampu membebaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan dan
interprestasi-interprestasi yang sudah membeku dan tidak relevan dalam
membimbing kehidupan beragama manusia di zaman modern ini.
Agar solusi
yang ditawarkan diatas dapat berhasil,maka tindakan-tindakan yang mengandung
nilai moral dan etika,sehari-hari harus selalu dipraktekkan.Ada banyak cara
untuk meningkatkan moral terpuji tersebut,diantaranya menurut Zahruddin dan
Hasanuddin Sinaga (2004 : 16) adalah :
a. Pendidikan,
karena dengan pendidikan yang makin baik,maka seseorang akan lebih mengenal
mana yang bermoral dan yang asusila.
b. Mentaati
dan mengikuti norma-norma,peraturan-peraturan dan undang-undang yang ada di
masyarakat dan Negara
c. Memilih
pergaulan yang baik dari orang-orang yang senang melakukan kebaikan pula.
d. Melalui
perjuangan dan usaha,karena perbuatan terpuji tidak akan timbul kalau tidak
dari keutamaan,dan keutamaan tercapai melalui perjuangan.
3. Menumbuhkan
Kejujuran
Jujur adalah sifat lugas,apa
adanya,yang tidak dicampuri dengan kebohongan-kebohongan.Jujur berarti
menempatkan sesuatu pada tempatnya sesuai dengan tuntunan kebenaran (Abdullah,2006
: 106).Kejujuran bukan saja melalui perkataan tetapi juga lewat sikap dan
perbuatan,karena sering kita menemukan bahwa perkatan tidak selalu sama dengan
perbuatan.
Nilai dari sebuah kejujuran adalah
kepercayaan, kesuksesan, kewibawaan, nama baik dan kehormatan. Kejujuran
merupakan prisip mutlak yang harus dibangun dalam menjalani kehidupan ini.Imam
Husein As pernah berucap “Mati dengan terhormat lebih baik daripada hidup dalam
kenistaan”.Abu Abdillah juga pernah berkata,”Kejujuran adalah kemuliaan dan
kebohongan adalah kelemahan”.Artinya,orang yang berbohong adalah yang melihat
kelemahan dan kenistaan dalam dirinya dan tak berdaya menghadapi
kebenaran.Sedangkan orang yang mulia yang mempunyai harga diri selamanya tidak
akan berbohong (Muttahari,2004 : 133) Menjadi orang yang jujur akan sangat
berat jika tidak memiliki kemauan keras untuk selalu melakukannya,karena godaan
untuk menyimpang selalu ada ,godaan bias berasal dari luar atau dari dalam
bisikan hati (Mannahao,2010 : 32).
4. Berlaku
Adil
Kerapkali muncul anggapan jika adil
sama dengan menyamaratakan apa yang menjadi hak seseorang dengan hak orang
lain,tanpa mempertimbangkan aspek-aspek seperti kondisi,kejiwaan,dan kebutuhan
antara seseorang dengan orang lain tersebut.
Menurut
M.Yatimin Abdullah (2006 : 537),adil berarti dapat menempatkan segala sesuatu
secara proposional dan persamaan-persamaan hak sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu hal.Lebih lanjut Abdullah (2006 :
47) mengatakan,adil berhubungan dengan kemsyarakatan dan adil berhubungan
dengan pemerintah Menurut Plato,keadilan adalah keserasian anggota parsial dan
universal.Lebih lanjut Plato menjelaskan,setiap individu mengerjakan sesuai
dengan kemampuannya,dan mengambil upah sesuai dengan pekerjaannya.
5. Solidaritas
Sosial
Menurut Maharani (2008 : 38)
sosialitas menunjukkan ada keterhubungan individu dengan di luar dirinya.Baik
individu sebagai subjek maupun masyarakat sebagai objek memiliki saling
ketergantungan dalam dunianya,lingkungannya,tanpa yang lainnya.Demikian juga
sosialitas tergantung pada individu-individu.Manusia yang bijaksana tampak
dalam tabiatnya dalam membina hubungan social.Selain itu pun manusia mempunyai
perasaan untuk saling menjaga dan mengamankan kepentingan masyarakat dalam kegiatan
sosialnya (Sunoto,1989 : 10 -11).
Menurut Soedjito (1991 : 3 dan
6),bahwa setiap masyarakat mempunyai nilai-nilai social,yang mengatur tata di
dalam masyarakat tersebut.Termasuk di dalam nilai-nilai social ini tata susila
serta adat kebiasaan.Nilai-nilai social ini merupakan ukuran-ukuran di dalam
menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain.
Adapun
mengenai solidaritas,Soedjito menjelaskan,pada tataran masyarakat tradisional
(pedesaan) masih dapat dilihat begitu kuatnya solidaritas yang mereka bina,yang
biasa disebut “gotong-royong”.
6. Menumbuhkan
Rasa Tanggung Jawab
Responsibilitas atau tanggung jawab
berasal dari katarespons = tindakan,jawaban dan ability =
kemampuan,kesanggupan.Jadi responsibilitas atauresponsibility adalah
kemampuan untuk menjawab.Awalnya berasal dari bahasa Latin yaitu responsum yang
berarti membalas.Dalam ungkapan lain “aksi” dan “reaksi”.Di saat seseorang
melakukan tindakan yang meresahkan ketentraman orang lain,maka tentu orang lain
tersebut akan meminta pertanggung jawaban atas tindakan itu.Maka berlakulah
teori kebebasan Sartre di sini sebagai mana diungkapkan di atas jika tindakan
manusia berkait dengan orang lain.Terdapat hal-hal yang menjadi batas-batas
kebebasan.
Batas-batas
kebebasan yang dimaksud menurut K.Bertens (2002 : 118-119) adalah
a. Faktor-faktor
dari dalam (personal demand),factor ini berhubungan pendek,kurus atau
gemuk,sehat atau sakit dll.
b. Lingkungan,(environment
demand),kebebasan dibatasi juga oleh lingkungan,baik alamiah maupun
social,seperti anak yang dididik dalam keluarga yang terdiri dari pencuri
professional,tidak bebas berkembang sebagai orang jujur.
c. Kebebasan
orang lain (social demand),kebebasan saya dibatasi oleh kebebasan orang
lain.
d. Batasan
organisasi (organizational demand),yakni bahwa saya telah menerima
amanah dalam profesi yang saya miliki,baik berupa kedudukan ataupun jabatan,dan
karenanya saya menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya,dan berani
mempertanggung jawabkan sebagai akibat dari apa yang telah saya perbuat
(Mannahao,2010 : 49).
Bagaimanapun
juga semua tindakan yang dilakukan akan berinflikasi baik perindividu maupun
social,yang kesemuanya itu akan dipertanggung jawabkan secara horizontal dan
vertical (dengan Tuhan).
C. Agama
sebagai Nafsi Terapi
Pengaruh kaum liberalis (yang
didukung oleh paham-paham materialism,kapitalisme,pragmatisme,dan isme-isme
lain yang serupa) sejak kemunculannya hingga sekarang ini amat besar
pengaruhnya,di mana Tuhan tergeser dari percaturan belajar,berpikir sampai
bertingkah laku.Tuhan hanya diposisikan pada tempat-tempat ibadah,seremonial
keagamaan dan waktu-waktu khusus yang berkaitan dengan ritual-ritual rutinitas
saja.Di luar dari kawasan itu,Tuhan dianggap tidak campur tangan dalam urusan
mekanisme alam semesta serta tindakan-tindakan dari apa yang telah
diciptakannya. Disinilah agama khususnya agama Islam memiliki peran penting
untuk lebih memanusiakan manusia,dalam arti pada tataran horizontal,manusia
tetap menjalin hubungan dengan sesamanya sebagai makhluk social,menjadi mitra
atas alam semesta dan isinya sebagaikhalifah fil ardh (makhluk yang
berakal).Sedangkan pada tataran vertical,manusia sebagai makhluk teologis tidak
pernah memutuskan hubungan dengan Allah selaku penciptanya,sehingga apa yang
disinyalir dalam Al Qur’an “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu di antara kamu”benar-benar terwujud,atau seperti pada
janji Allah dalam Quran surat al Baqarah (2):62.
Sukanto dan Dardiri Hasyim (1995 :
169),mengatakan bila iman adalah salah satu agenda yang amat penting untuk
menegakkan ketertiban dalam segala aspek kehidupan. Islam sebagai agama yang
universal dalam artian bersesuaian dengan setiap orang yang tidak hanya
mengatur unsure-unsur ketauhidan saja,namun lebih dari itu baik Al Qur’an
maupun hadis juga banyak mengatur hal-hal yang bersangkut paut dengan
nilai-nilai kemanusiaan,sebagai mana dalam ayat-Nya :QS.60:8-9. Lahirnya
masyarakat biadab di tengah-tengah masyarakat modern menurut Abdullah (2006 :
78) adalah karena dominannya pengaruh nafsu.Nafsu adalah organ rohani (jiwa)
yang paling besar pengaruhnya dan yang paling banyak di antara organ rohani
yang mengeluarkan intruksi kepada anggota badan untuki berbuat atau bertindak.
Bagi umat
Islam,Al Qur’an adalah dasar rujukan yang wajib disikapi untuk menetapkan norma
dan nilai,Al Qur’an merangsang para pengkajinya untuk
mendengarkan,memahami,mengikuti yang terbaik dan melaksanakan nilai-nilai
identitas yang ditetapkan oleh Tuhan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Nilai memiliki peranan sebagai daya tarik
serta dasar dari tindakan manusia,yang mendorong manusia untuk mewujudkan
nilai-nilai dari tindakannya.Menurut Muhammad Taqi Misbah (1996:112),kultur
masa kini dan para humanis mengklaim bahwa setiap orang,karena ia manusia
mempunyai nilai alami yakni nilai kemuliaan ,sekalipun misalnya ia telah
melakukan banyak kejahatan.
2.
Etika sebagai kebahagiaan terdapat dua
istilah teknis,yakni suatu ajaran yang mendasarkan diri
pada suatu tujuan terakhir.Kedua,suatu teori
yang memberikan titik berat pada kenikmatan atau kebahagiaan disebut etika
hedonistik.Etika hedonis adalah suatu teori yang mengatakan bahwa kenikmatan
atau akibat-akibat yang nikmat di dalam dirinya sudah mengandung kebaikan.
3.
Filsafat manusia berusaha mencari
jawaban-jawaban tentang hakekat manusia,dengan jalan menggali setiap
persoalan-persoalan yang dihadapi oleh manusi,baik persoalan yang telah,sedang
dan mungkin akan terjadi.Dengan demikian filsafat manusia mengkaji tentang
manusia secara totalitas yakni dari segi psikologi,antropologi,sosiologi dan
ilmu-ilmu humaniora lainnya.