Asal usul dan persebaran nenek moyang bangsa indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mempelajari bagaimana kehidupan
dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik.Kahidupan manusia dari jaman
kezaman senantiasa mengalami perkembangan.Kehidupan manusia pada jaman pra
aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai temuan fosil
dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu.Kehidupan manusia purba adalah kehidupan
yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi kebutuhanya dengan cara
berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat lain (nomaden).
Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di sebut
dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi
telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan.Diperkirakan bumi saat
ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun.Para ahli geologi membagi masa
perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum,
mesozoikum, neozoikum.
Selain membahas manusia atau
masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep
penting dalam ilmu sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah
menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan,
pengulangan dan perubahan. Disebut mengalami perkembangan apabila dalam
kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu
ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana
ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang
mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di
kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat
orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar
hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti
perkembangan kota.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana Asal Usul dan Persebaran
Nenek Moyang Bangsa Indonesia dan Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
C.
Tujuan
Untuk mengetahui dan lebih memahami
Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia dan Corak Kehidupan
Masyarakat Masa Pra-Aksara
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
1.
Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira pada tahun 1500 SM bangsa
Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa Proto Melayu memasuki Indonesia melalui
dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui Malaya – Sumatra dan jalan
timur, yaitu melalui Pilipina - Sulawesi Utara.Bangsa Proto Melayu memiliki
kebudayaan yang setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo Sapiens
Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru atau Neolitikum (neo =
baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih
terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.Barang-barang hasil
kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak lonjong.Kebudayaan kapak
persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan
kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan timur.Bangsa Proto Melayu
akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero Melayu yang kemudian
menyusul masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan
bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan Toraja.
2.
Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)
Kira-kira tahun 500 SM, nenek moyang
kita gelombang ke dua mulai memasuki Indonesia. Bangsa Deutero Melayu memasuki
Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan barat (yakni melalui Malaya -
Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda
ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga mereka ini kadang kala
disebut orang-orang Dongson. Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi
daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan
mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan mereka telah
terbuat dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi.Hasil
kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak
sepatu dan nekara.Di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha
irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan
membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah
seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal
mereka.Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran, sehingga rute
perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.Bangsa Indonesia sekarang
yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku bangsa Jawa,
Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).
3.
Golongan Papua Melanesoid
Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid
adalah rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam.Kelompok manusia yang
termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
4.
Golongan Negroid
Golongan Negroid mempunyai sifat
seperti orang negro, tetapi mereka bukan keturunan negro. Dengan ciri-ciri
rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit hitam.Persebarannya di Semenanjung
Malaka dan orang Mikroskopi di Pulau Andaman.
5. Golongan Weddoid
Golongan Weddoid berasal dari
Srilanka dengan ciri-cirinya adalah perawakan, kulit sawo matang, dan rambut
berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang
Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
6.
Golongan Melayu Mongoloid
Golongan Melayu Mongoloid adalah
golongan terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang
bangsa Indonesia. Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat.
Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku
Batak, Toraja, dan Dayak. Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa,
Bali dan Banjar.
B.
Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
1. Pola Hunian
Lingkungan merupakan faktor penentu
manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu, manusia memperhatikan
kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang
berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
·
Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat
berteduh, dan kondisi tanah yang tidak terlalu lembab,
·
Tersedianya sumber daya makanan baik berupa
flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan kemudahan di dalam cara-cara
perolehannya (tempat untuk minum binatang, batas-batas topografi, pola
vegetasi),
·
Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen
tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat pantai, danau, sungai,
mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).
Kehidupan manusia pada masa
prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan teknologi.Sumber-sumber
subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan teknologi pada masa itu,
mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.Selain itu,
manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk mempertahankan hidupnya. Oleh
karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu alternatif tempat tinggal bagi
manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).
Selain sumber daya yang memadai,
aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan
kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam kaitannya dengan hunian gua,
faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat hunian, sirkulasi
udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan
kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah
yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan sejarah kehidupan manusia,
setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga Holosen Awal.Salah satu karakter
budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk secara intensif. Ekskavasi
yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian prasejarah di Gunungkidul
memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan bahan baku yang tidak berasal
dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang didapatkan di gua-gua itu
merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti
peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil
eksploitasi daerah pantai di situs-situs pedalaman tetapi belum diketahui
bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman. Dari hasil barter antara
komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas pedalaman di
daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi maka data
tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba di
Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).
Data yang diperoleh dari hasil
survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul yang
dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono,
2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada tahun 2006
diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua dan ceruk
yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari hasil PTKA tahun
2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga
kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari
penelitian tersebut tipe hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua
untuk hunian sementara atau atau hunian menetap.
2. Sejarah api
pertama kali ditemukan
Dalam sejarah
banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan
hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga
dunia. Salah satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan
tentang api, namun api yang kita pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan
kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu ditemukan di dunia ini. Api
sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini
menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah
mengatakan "kecil jadi kawan dan besar jadi lawan". Manfaat api
memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan,
memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. image source : public-domain-image.com
Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa
penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan
membenturkan dua buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga
akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting
kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api. Pertama kali api
dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir
yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga
api itu pun muncul membakar pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban
mulai berubah, para manusia purba itu pun baru mengenal api untuk memasak,
penerangan dan yang lainnya.
3. Sistem Kepercayaan
Pada Masa
Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai
mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk
menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai
upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa
prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan
shamanisme.
1.
Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang
maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan
agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
2.
Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan
benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu
atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung.
3.
Totemisme, adalah percaya pada binatang yang
dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan
manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang
dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut sebagai kebudayaan
Megalitikum (kebudayaan batu besar).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap
bangsa tidak bersamaan.Mengapa demikian?Hal ini berkaitan erat dengan tingkat
peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan.Bangsa Sumeria misalnya, telah
mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol
sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal
tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan
Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan
simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu.Huruf
ini disebut hieroglif.
B.
Saran
Karena tidak terdapat peninggalan
catatan tertulis dari zaman praaksara, keterangan mengenai zaman ini diperoleh
melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi,
antropologi, arkeologi.Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari
artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs praaksara.Oleh sebab
itu ada baiknya kita menjaga dengan baik benda-benda peninggalan manusia
praaksara, agar kita dapat mengetahui kehidupan jaman dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
http://jhonmiduk8.blogspot.com/2014/08/proses-terbentuknya-kepulauan-indonesia.html
http://brainly.co.id/tugas/496331
zulkhanbrambang.blogspot.com
http://herydotus.wordpress.com/2012/03/01/ras-manusia-di-indonesia/
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Negrito
Makalah Asal
Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia