Hukum Mendel
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum
mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann
Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini
terdiri dari dua bagian
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum
mengenai pewarisan sifat pada organisme, yang kita kenal dengan hukum segregasi
dan hukum asortasi bebas, yang telah di jabarkan oleh Gregor Johann
Mendel . Mendel mengatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua
gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya sebagaimana bunyi hukum mendel I, dan
bunyi hukum mendel II, menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung
pada pasangan sifat yang lain.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa latar belakang teori mendel?
2. Apa bunyi hukum mendel I?
3. Apa bunyi hukum mendel II?
4. Apa teori pewarisan sifat?
5. Apa saja percobaan mendel?
C.
Tujuan
1. Agar siswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar siswa mengetahui hukum mendel I.
3. Agar siswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar siswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar siswa mengetahui percobaan mendel.
1. Agar siswa mengetahui latar belakang teori mendel.
2. Agar siswa mengetahui hukum mendel I.
3. Agar siswa mengetahui hukum mendel II.
4. Agar siswa mengetahui teori pewarisan sifat.
5. Agar siswa mengetahui percobaan mendel.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Teori Mendel
Genetika adalah ilmu yang
mempelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya. Gregor Johann
mendel (1822-1884), seorang biarawan disebuah biara di Brunn, Austria
menyilangkan kacang ercis (Pisum sativum), kemudian hasil persilangan ditanam
dan di amati, mendel melakukannya selama 12 tahun.
B. Alasan Mendel memilih kacang ercis sebagai bahan percobaan
1.
Memiliki pasangan sifat beda yang mencolok.
2.
Melakukan penyerbukan sendiri.
3.
Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4.
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keturunan cepat.
5.
Mempunyai keturunan banyak.
Langkah awal sebelum dilakukan
perhitungan terhadap pengamatannya adalah menentukan galur murni jenis tanaman
yang dijadikan percobaan. Tanaman galur murni adalah tanaman yang apabila
dilakukan penyerbukan sendiri akan menghasilkan keturunan yang semuanya
mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Dalam percobaannya Mendel melakukan
perkawinan silang dengan menyerbukkan sendiri antara dua varietas ercis yang
berbeda sebagai induk-induknya. Turunan hasil perkawinan silang ini disebut
hybrid, sedangkan prosesnya hibridisasi.
Dari hasil percobaan yang diperolehnya,
Mendel menyusun beberapa hipotesis, yaitu:
1.
Setiap sifat pada organisme dikendalikan oleh satu pasang
factor keturunan, satu dari induk jantan dan satu induk betina.
2.
Setiap pasang factor keturunan menunjukkan bentuk
alternative sesamanya, misalnya tinggi atau rendah, bulat atau keriput, kuning
atau hijau. Kedua bentuk alternative ini disebut alel.
3.
Bila pasangan factor itu terdapat bersama-sama dalam satu
tanaman, factor dominasi akan menutup factor resesif.
4.
Pada waktu pembentukan gamet, pasangan factor atau masing-masing
alel akan memisah secara bebas.
5.
Individu murni mempunyai alel sama, yaitu dominan saja atau
resesif saja.
C. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan
Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan
pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk
persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda).
Secara
garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
1.
Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi
pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel
resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya
w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf
besar, misalnya R).
2.
Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua
jantan dan satu dari tetua betina
3.
Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel
dominan akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel
resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang
dibentuk pada turunannya.
D. Hukum Mendel II
Hukum Mendell II dikenal dengan
Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu
dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat
yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Seperti nampak pada gambar 1, induk
jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara fenotipe berwarna putih), dan
induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna merah). Keturunan
pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari genotipe induk
jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya
bergenotipe wR).Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini
akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar)
dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w
pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3
dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan
genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna putih)
adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih
adalah 3:1.
Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.
Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut: pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2 macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika genotipenya bb).
Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb:SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah 1:2:2:4:1:2:1:2:1
E.
Teori Pewarisan Sifat
Pewarisan sifat atau yang dikenal
dengan Hereditas merupakan suatu pewarisan sifat dari induk kepada
keturunannya. Ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat disebut dengan
genetika. Pewarisan sifat itu dapat ditentukan oleh kromosom dan gen.
Teori-teori tentang pewarisan sifat adalah sebagai berikut :
1.
Teori Embryo
Teori ini dikemukanan oleh William Harvey, 1578-1657 yang
menyatakan, bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh
Reiner de Graaf (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel
sperma dengan sel telur yang akan membentuk embrio. Reiner de Graaf menyatakan
bahwa ovarium pada burung sama dengan ovarium pada kelinci.
2.
Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang
menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai
miniature yang telah terbentuk sebelumnnya.
3.
Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh C.F. Wolf, 1738-1794, yang
menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam benih organiseme dengan kekuatan ini
menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
4.
Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J. B. Lamarck, 1744-1829 yang
menyatakan bahwa sifat yang terjadi karena rangsangan dari luar (lingkungan)
terhadap struktur fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5.
Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C. R. Darwin, yang menyatakan
bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut
gemuia.
6.
Teori Telegani
Teori ini dikemukakan oleh Ernest Haeckel, menyatakan bahwa
spermatozoa sebagian besar tersusun atas inti dan inti bertanggung jawab
sebagai penurunan sifat.
F.
Percobaan Mendel
1.
Persilangan Dua Individu dengan Satu Sifat Beda
a. Persilangan Monohibrid Dominan
PenuhPersilangan dua individu dengan satu sifat beda
menurun kan sifat dominan apabila sifat keturunannya sama dengan
salah satu sifat induknya. Perhatikan contoh persilangan berikut. Contoh:
Tanaman kacang ercis berbatang tinggi disilangkan dengan kacang ercis berbatang
pendek. F1 semuanya berbatang tinggi. Kemudian F1 dibiarkan melakukan
penyerbukan sendiri . Hasil yang diperoleh yaitu F2 yang berbatang tinggi dan
berbatang pendek dengan perbandingan 3 : 1. Persilangan ini dapat dilihat dalam
bagan berikut :
Parental 1 (P1)
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
><
|
Kacang
ercis Batang Pendek
|
Genotipe
|
T
T
|
><
|
t
t
|
Fenotipe
|
Tinggi
|
Pendek
|
|
Gamet
|
T
dan T
|
t
dan t
|
|
Filial
(F1)
|
T
t
|
Fenotipe
: Batang Tinggi
|
|
Parental
2 (P2)
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
><
|
Kacang
ercis Batang Tinggi
|
Genotipe
|
T t
|
T t
|
|
Gamet
|
T
dan t
|
><
|
T
dan t
|
Kemungkinan kombinasi pada F2 adalah
sebagai berikut :
Gamet
Gamet
|
T
|
t
|
T
|
TT
(Tinggi) .1
|
Tt (Tinggi) .2
|
T
|
Tt (Tinggi) .3
|
Tt
(pendek) .4
|
Pada persilangan ini , gen untuk
faktor Tinggi (T) dominan terhadap gen untuk faktor pendek (t). Maka Individu
bergenotipe Tt (no. 2 dan 3) akan memiliki fenotipe tinggi. Perbandingan fenotipe
F2 pada persilangan monohibrid dominan penuh adalah :
Tinggi : Pendek = 3 :
1 . Perbandingan Genotipe nya adalah : TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1
b. Persilangan Monohibrid Intermediet Persilangan
ini tidak seperti salah satu fenotip galur murni, tetapi mempunyai fenotipe
diantara kedua induknya.
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
Perhatikan contoh : Tanaman Antihinum majus galur Murni merah (MM) disilangkan dengan galur murni putih (mm). Dari persilangan itu diperoleh hasil F1 yang semuanya berbunga merah muda . Jika F1 ini ditanam dan diadakan penyerbukan dengan sesamanya, maka F2 menghasilkan tanaman berbunga merah, merah muda, dan putih dengan perbandingan : 1 : 2 : 1. Persilangannya dapat dilihat sebagai berikut :
P1
|
Tanaman
berbunga merah
|
><
|
Tanaman
berbunga putih
|
Genotipe
|
MM
|
><
|
Mm
|
Gamet
|
M
dan M
|
m
dan m
|
|
F1
|
Mm
|
Fenotipe
: berbunga merah muda
|
|
P2
|
Mm
(merah muda)
|
><
|
Mm
(merah muda)
|
Gamet
|
M
dan m
|
><
|
M
dan m
|
Kemungkinan terjadinya kombinasi
pada F2 adalah :
Gamet
Gamet
|
M
|
M
|
M
|
MM
(Merah) 1
|
Mm
(merah muda) 2
|
m
|
Mm
(merah muda) 3
|
Mm
(putih) 4
|
Perbandingan Fenotipe
F2 pada persilangan monohibrid intermediet adalah :
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Perbandingan Genotipenya : MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1
2.
Persilangan Dua Individu dengan Dua Sifat Beda (Dihibrid)
Persilangan dua individu dengan dua
sifat beda atau lebih menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe dan
genotipe tertentu. Mendel dalam percobaannya menggunakan kacang ercis galur
murni yang mempunyai biji bulat warna kuning dengan galur murni yang mempunyai
biji keriput warna hijau. Karena bulat dan kuning dominan terhadap keriput dan
hijau, maka F1 seluruhnya berupa kacang ercis berbiji bulat dan warna biji
kuning. Biji-biji F1 ini kemudian ditanam kembali dan dilakukan
penyerbukan sesamanya untuk memperoleh F2. Keturunan kedua F2 yang diperoleh
adalah sebagai berikut. Persilangan tersebut adalah persilangan dua individu
dengan dua sifat beda yaitu bentuk biji dan warna biji.
B=bulat, dominan terhadap keriput
b=keriput,
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
K=kuning, dominan terhadap hijau k= hijau
Perhatikan bagan persilangan dua individu dengan dua sifat beda (dihibrid) di bawah
P1
|
Kacang
ercis berbiji bulat warna kuning
|
><
|
Kacang
ercis berbiji keriput warna hijau
|
Genotipe
|
BBKK
|
><
|
Bbkk
|
Gamet
|
BK
dan BK
|
><
|
bk
dan bk
|
F1
|
BbKk
|
Fenotipe
: berbiji bulat warna kuning
|
|
P2
|
BbKk
|
><
|
BbKk
|
Gamet
|
BK,B
k,bK,bk
|
><
|
BK,Bk,bK,bk
|
Individu yang mengandung B memiliki biji bulat dan individu yang mengandung K memiliki biji warna kuning, Fenotipe pada F2 adalah :
1. bulat – kuning = nomor : 1 , 2, 3, 4, 5, 7, 9, 10, 13
2. bulat – hijau = nomor : 6, 18, 14
3. keripit – kuing = nomor : 11, 12, 15
4. keriput – hijau = nomor : 16
Perbandingan Fenotipe F2 adalah :
bulat – kuning : bulat – hijau : keriput – kuning : keriput – hijau = 9 : 3 : 3 : 1
Kemungkinan macam genotipe dan fenotipe pada dihibrid F2 :
Kemungkinan ke-
|
Kotak
nomor
|
Genotipe
|
Fenotipe
|
1
|
1
|
BBKK
|
Bulat
kuning
|
2
|
2,
5
|
BBKk
|
Bulat
kuning
|
3
|
3,
9
|
BbKK
|
Bulat
kuning
|
4
|
4,7,
10, 13
|
BbKk
|
Bulat
kuning
|
5
|
6
|
BBkk
|
Bulat
hijau
|
6
|
8,
14
|
Bbkk
|
Bulat
hijau
|
7
|
11
|
bbKK
|
Keriput
kuning
|
8
|
12,
15
|
bbKk
|
Keriput
kuning
|
9
|
16
|
bbkk
|
Keriput
hijau
|
BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2
: 1 : 2 :1
3.
Persilangan dua Individu dengan Tiga Sifat Beda (Trihibrid)
Misalnya persilangan kacang ercis
dengan tiga sifat beda yaitu :Batang tinggi, biji bulat dan biji warna kuning,
dengan batang pendek, biji keriput, warna biji hijau. Keturunan F1 yang
dihasilkan adalah : Bagan persilangan Trihibrid
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Gamet Jumlah Macam Genotipe F2 Jumlah Macam Fenotipe F2 Perbandingan Fenotipe F2 Jumlah Individu F2
Hubungan sifat beda dan jumlah kemungkinan fenotipe dan genotipe pada F2
Jumlah Sifat Beda Jumlah Macam Gamet Jumlah Macam Genotipe F2 Jumlah Macam Fenotipe F2 Perbandingan Fenotipe F2 Jumlah Individu F2
Jumlah Sifat Beda
|
Jumlah Macam Gamet
|
Jumlah Macam Genotipe F2
|
Jumlah Macam Fenotipe F2
|
Perbandingan Fenotipe F2
|
Jumlah Individu F2
|
1
|
21 = 2
|
3
|
2
|
3 : 1
|
4
|
2
|
22 = 4
|
9
|
4
|
9 : 3 : 3 : 1
|
16
|
3
|
23 = 8
|
27
|
8
|
27:9:9:9:3:3:3:1
|
64
|
N
|
2n
|
3n
|
2n
|
4n
|
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hukum
pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang
dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai
Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Pertama Mendel, dan Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
B. Saran
Mahasiswa
harus lebih teliti dalam menyilangkan genetika. Karena apabila salah
menyilangkan , maka akan salah pula hasil persilangannya. Mengingat materi pembelajaran ini sangat
berguna untuk kehidupan mendatang, maka disarankan kepada seluruh mahasiswa
agar rajin mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://biologimediacentre.com/genetika-hukum-mendel/#sthash.C7PN7wAX.dpuf
http://www.scribd.com/doc/84672312/Pewarisan-Sifat-Sifat-Keturunan
http://endick.wordpress.com/2008/01/30/percobaan-mendel-2/
http://smointi.blogspot.com/2010/12/makalah-hukum-mendel.html